Laman

May 23, 2015

Di Ruang Tunggu (lagi)

Harusnya ada tempat khusus untuk seseorang atau apa pun itu yang membuat desain poliklinik THT dan poliklinik Kulit dan Kelamin di cluster yang sama, dengan ruang tunggu disatukan. Menjadi pasien pertama (dan sampai 08:14 pagi masih menjadi satu-satunya) yang duduk di ruang tunggu mungkin adalah prestasi ketika harus ke rumah sakit. Tapi jadi aneh kalo kamu harus ke THT yang ruang tunggunya disatukan sama poli Kulit dan Kelamin.

Oke sampai di sini judgemental banget ya akunya? Iya sik.. Gak semua yg ke rumah sakit itu karena sakit. Bisa aja cuma karena pengen ngecengin dokter atau manfaatin asuransi yang hampir habis masa berlakunya.

Tapi gini deh.. Saat kamu lihat cewek manisss pagi-pagi udah nangkring di poli THT yang ruang tunggunya jadi satu sama poli Kulit dan Kelamin, apa yang terlintas di pikiran kamu?

Terlepas dari semua yang ada di pikiran yang melihat, ada berapa persen yang menduga si manis tadi ada di ruang tunggu tersebut karena ada kapas cottonbud nyangkut di kuping kanannya. Sudah dipikirkan berbagai macam cara tapi tetep aja mentok si kapas tetep nyantai di depan gendang telinga.

Silakan lhow yang mau ketawa.. Ini ntar juga palingan diketawain pak dokter. Hvft.

March 18, 2015

Naik Gunung ala-ala Amatir (Burangrang 2050 mdpl)

Sangat-sangat latepost sih ini sebenarnya. Tapi gapapa lah yaaa.. :p

Jadi, pertengahan November tahun 2014 kemarin ada seorang teman yang mengajak saya kemping ceria di Gunung Burangrang, Jawa Barat. Yasudlah, berhubung udah lama gak kelayapan ke gunung jadinya cusss lah jum'at malam ke meeting point di UKI.

Fast forward ya, gausah jelasin posisi gunung Burangrang di mana, koordinat berapa, silakan digoogling saja. Lebih akurat pasti hasilnya. oke? deal.

Awalnya sih gak ngarepin banyak tanjakan yaaa, kan temanya kemping ceria. Tapi nyatanya, untuk tiba di tempat kemping harus jalan kaki dari tempat turun mobil angkot yang aduhaiiiii lumayan cuy sambil gendong backpack yang kelebihan muatan dikarenakan kemampuan packing yang sangat minim. Maklum amatir. Alhasil banyak berenti di pinngir jalan buat ngambil napas dalam-dalam (baca ngos-ngosan). Yagimana.., yang biasa ngasi napas buatan gak ikut. Gak kuat nanjak, katanya. Hih.

Sampai camping ground juga. Dan bersyukur banget gak pakai pingsan. Terus teman-teman yg lain pada diriin tenda donk, tapi lebih banyak yang bikin bivak dari flysheet sih (karena sebenarnya yang punya acara adalah komunitas Bushcraft gitu). Princess yang satu ini poto-poto aja donk, sambil nanya-nanya dikit tentang berbagai model bivak. Biar gak terlalu kelihatan malas aja sik. Bhihihikkk.

Jadi kenapa sebagian besar pakai bivak? Karena sebetulnya acara camping ceria dari Bushcraft ini memang melatih pesertanya untuk meminimalisir bawaan ketika di alam bebas. Misal tenda diganti dengan shelter sederhana alias bivak dari flysheet, dll. Nah untuk tahu lebih banyak tentang komunitas Bushcraft ini silakan kunjungi saja akun Facebooknya : Bushcraft Indonesia.

Sabtu sore: bivak udah jadi, tenda udah ready. Waktunya materi dari Bushcraft.

Tapi apa mau di kata, materi belum selesai disampaikan sesuai rencana, hujan juga yang menginterupsi dengan derasnya. Berjam-jam pula. Masuk tenda deh ngendon sampe malem, sampe pagi. Rencana api unggun tinggal rencana. Tidur saja.

Minggu pagi: matahari bersinar, cuaca cerah. Peserta kemping pada semangat banget mau muncak ke 2050mdpl and I feel like.., harus ikut muncak juga ya? Eww jujur saya gak yakin akan kemampuan saya sendiri untuk naik gunung. Apalagi di tengah-tengah mereka yang udah pengalaman. Hvft. Berasa aku mah apa atuh :(

Modal nekat dan gengsi yang lebih tinggi sedikit dari gunung Slamet di Jawa Tengah sana, pelan-pelan lah saya selangkah demi selangkah ngekor rombongan naik ke puncak Burangrang. Banyak berenti, banyak poto-poto, banyak nanjak (yaeyalah), banyak turunan juga. Agak heran juga sih, namanya naik gunung kok ada turunan juga.

Ternyata naik gunung macem hidup gitu ya, jalannya juga naik turun. Untuk mencapai puncak, selain harus naik kadang harus turun dulu untuk bisa naik lebih tinggi lagi. Dan kadang sebagai bonus kita akan menemukan dataran rata yang lumayan luas, bisa buat istirahat lurusin kaki, lurusin hati.

Kira-kira setelah kurang lebih 3 jam nanjak kita sampai di puncak Burangrang. Ada semacam tugu penanda puncak dan dataran yang tak seberapa luas. Dan apakah capeknya nanjak bisa kebayar dengan mencapai puncak ini? Enggak. Kebayarnya nanti setelah turun ke kaki gunung melewati rute yang sama, tanjakan turunan yang sama, tingkat kesulitan yang ternyata kalau turun lebih berasa, dan akhirnya ketemu indomie rebus pakai telor ples irisan cabe rawit. Nah lunas dah tuh capeknya semuanya lunas. Hahahaaaa..

*laper*

November 25, 2014

Bahagiamu Terbuat Dari Apa?

Sebentar..
Mau merenung dulu.

Ternyata selama 2014, saya baru posting 1 artikel.
Aaaaakkkk sudah bayar mahal buat langganan hosting pulak. Hih. Sebel.

Yasudah, biar gak rugi-rugi amat mari kita ngobrol lagi. Kalau bisa pakai hati.

Jadi, setelah 2 tahun lebih akhirnya saya ke Jogja lagi. Sebenarnya nama resminya Yogyakarta, tapi lebih awam disebut Jogja, bahkan beberapa waktu lalu sempat populer dengan sebutan Togua. kita sepakat dulu aja ya, kita sebut Jogja saja. Oke? Sip.

Jogja ternyata macet juga ya? Kaya Jakarta. Heheheee...
Btw trip kali ini bukan perjalanan nyaris tanpa arah kaya biasanya sih, agenda utama menghadiri wisuda adik, dengan Bapak-Emak sebagai peserta utama trip.

Jadi bisa dibayangkan gak bakal ada adegan mandi di toilet stasiun, atau kaki bengkak karena kelamaan duduk di kereta api kelas ekonomi.

Hei, bukan maksud gimana-gimana lhow yaa. Saya ini fleksibel kok mau ngetrip gaya backpack atau gaya koper hayuk aja. Asal kocek mendukung. Karena kalo hati senang, mau tidur di kamar hotel berbintang atau di dalam tenda di tengah hutan, bahagianya tetep sama kok.

Hanya saja, semakin nyaman perjalanan kamu, maka cost yang kamu keluarkan pun semakin besar. Sebanding lah ya.

Lagian ingat donk, Bapak-Emak saya sebagai peserta utama. So yang pasti saya maunya mereka berdua merasa nyaman. Biar semua bahagia.

Walaupun sebenarnya kalau menurut Emak, yang bikin bahagia bukan kasur empuknya, bukan keliling kota naik taksinya, tapi sekeluarga ngumpul. Makan bareng. Jalan-jalan bareng.

Gitu.

June 19, 2014

Sudut Gelap Dalam Otak

Sering.. Ketika berada di tengah orang-orang, saya, dengan atau pun tanpa sadar tiba-tiba menarik diri dari semuanya. Secara sepihak memutus koneksi dengan dunia luar, masuk ke dunia saya sendiri. Ke dalam diri saya.

Ke sudut gelap di dalam otak. Merenung. Bertanya.

'Kenapa?' mungkin pertanyaan yang sudah bosan Tuhan dengar.

Ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai yang diharapkan, dengan gampangnya manusia langsung bertanya 'kenapa?', semacam mencari penyebab, untuk kemudian bisa disalahkan. Atau bisa juga sekedar mencari pembenaran. Bahkan ada sebagian yang menyalahkan Tuhan. Sebagian yang lain menyalahkan orang-orang, ataupun menyalahkan sebagian dari seseorang.

Melihat manusia lain dari sudut gelap di dalam otak, seperti menonton film tanpa suara. Seperti melihat orang lalu lalang di jalanan dari balik jendela kaca. Seperti meraba hidup seseorang melalui tatapan matanya.

Melihat. Mengamati.

Untuk kemudian pertanyaan-pertanyaan yang lain bermunculan dengan brutal. 
'Kenapa manusia harus bekerja?', 
'Kenapa stasiun kereta api selalu penuh manusia?', 
'Gimana rasanya jadi mereka yang duduk nyaman di dalam mobil mewah di tengah macet?', 
'Gimana rasanya ngamen di bis kota?', 
'Kenapa untuk lelucon yang sama, reaksi orang-orang bisa berbeda?', 
'Gimana rasanya jadi kamu, yang sedang membaca tulisan ini?'

dll.

dll.

Seringnya, tak semua pertanyaan (langsung) terjawab. Butuh waktu. Butuh pemikiran lebih lanjut. Tapi tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan yang tak memerlukan jawaban. Biarkan saja.

Saya senang mengamati.

October 14, 2013

being in love is...

'being in love is such a beautiful feeling, yet it hurts sometimes..'

-------------00------------

Gak sengaja kata-kata  ini di draft tulisan saya yang nangkring dari beberapa bulan yang lalu. Entah kenapa setelah saya baca lagi ada sesuatu yang gak setuju di dalam sini.

Mungkin lebih tepatnya,

'being in love is such a beautiful feeling, yet it hurts sometimes. but.., you still happy for the feeling you have.'